WELCOME TO MY WORLD, I'M WRITING FOR EXPRESS NOT IMPRESS.

Sabtu, 14 September 2013

Love #1

Persiapan Ujian Nasionalnya membuat hubungan kami jarang berkomunikasi dan bertemu, padahal masih satu sekolah. Tapi hal itu tidak sama sekali membuatku kesal ataupun merasa kurang diperhatikan. Sampai setelah UN pun dia masih super sibuk untuk mempersiapkan lanjut ke PT favoritenya, waktu itu dia ada 3 pilihan melanjutkan di PT mana. jujur aku sama sekali ga ada masalah buat itu, karena walaupun dia sibuk, tapi perhatian dan sikapnya masih seperti dulu, hangat dan manis. Dan awal konfliknya, dimana hari pengumuman SMPTN menyatakan siapa yang lolos dan tidak, ternyata dia termasuk orang yang kurang beruntung. Dari saat itulah dia mulai berani melampiaskan kemarahannya kepadaku yang padahal sebelumnya tidak pernah. Aku yang biasanya selalu dimanjakan dan tidak pernah diperlakukan seperti itu kaget dan merasa tidak terima, yang harusnya aku mensupport dia, aku malah 'ngambek' balik. Aku baru sadar bahwa itu sifat yang jauh dari kedewasaan. Kami jadi sering berbeda pendapat dan berdebat, dia sudah tidak mau mengalah lagi, dampaknya hari perpisahan disekolah yang sudah kami rencanakan jauh-jauh hari itu hanya beberapa yang terlaksana, aku ataupun dia tidak terlalu berambisi mengisinya dengan hal-hal yang kami rencanakan. Sampai ada hal yang membuatku sadar bahwa sikap aku itu salah. Aku mencoba menebus kesalahanku walaupun masih diselimuti rasa 'gengsi' untuk mengakuinya. Aku menyemangatinya untuk berjuang pada kesempatan SBMPTN nya, terus dan terus tanpa ada kata lelah. Namun sayangnya kesempatan itupun tak dapat diraihnya. Dia semakin putus harapan dan drop, tapi kali ini aku terus berjuang memberinya motivasi. Ada 2 PT pilihannya yang belum melaksanakan test, namun sayang semangatnya mulai berkurang, diantara waktu menjelang test dia tidak mengisinya dengan benar-benar belajar. Aku sempat kesal karenanya, aku sabar dengan kemarahannya dan selalu memberinya motivasi, tapi dia tetap begitu. Waktu itu aku jadi sering berfikir "apa dia masih menganggapku ada?" Karena ucapanku tidak ia turuti lagi dan benar-benar membuatku kesal. Disaat waktu yang tepat dia menceritakan semua bebannya, resiko jika tidak diterima di PT manapun dan rasa iri terhadap temannya yang sudah lolos, ah menceritakan semua masalahnya. Kita share masalah dari hati kehati tanpa emosi. Begitu juga aku, aku tak mau dia menyianyiakan kesempatan lagi. Akhirnya dia mau mengikuti 2 test itu, salah satunya di STIP, PT paling favoritenya, yang dia impi-impikan sejak kelas XI dulu. Test di STIP lebih dulu dilaksanakan dari PT pilihan satunya. Namun pengumumannya lebih dulu PT itu, dan hasilnya gagal. Kali itu dia benar-benar merasa dirinya bodoh dan sebagainya, dia sering menyalahkan dirinya. Sikapnya membuatku sedih, dia jarang memberi perhatian terhadapku ataupun pada dirinya sendiri. Aku selalu meyakinkan pasti pengumuman di STIP bisa membalas semuanya. Tapi itu tidak pernah bisa menengkannya. Aku tahu bahwa sebenarnya dia sendiri yakin akan lolos, karena keinginan dan doanya dari satu tahun yang lalu itu. Jika ada pertanyaan "mau lanjut kemana?" Dari orng-orang, dia selalu menjawab: ke STIP di Jakarta. Mungkin kegelisahannya saat itu sangat menyiksa. aku berharap pengumuman itu dapat membahagiannya. To be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar